muhammad agus syafi'i |
Amat Dijaga Abu Bakar dan Umar Tapi Diabaikan Kaum Muslimin Akhir Zaman
Dari sahabat mulia Abu Qatadah
Radhiyallahu ‘anhu, Imam Abu Dawud dan Imam Malik bin Anas meriwayatkan,
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam bertanya kepada sayyidina Abu
Bakar ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu, “Kapan engkau mendirikan shalat
witir?”
Sahabat sekaligus mertua Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wa sallam ini menjawab, “Di awal malam.” Laki-laki yang
langsung percaya dengan ajaran Nabi nan mulia ini senantiasa mendirikan
shalat witir sebelum tidur.
Tak jauh dari lokasi sahabat mulia Abu
Bakar ash-Shiddiq berdirilah sosok gagah nan tegap dan pemberani, Umar
bin Khaththab. Kepada laki-laki yang kelak menjadi Khalifah kedua kaum
Muslimin ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam menyampaikan
pertanyaan serupa, “Kapan engkau mendirikan shalat witir?”
Dengan sangat tegas bertabur keyakinan
penuh di hatinya, laki-laki bergelar al-Faruq (pembeda antara kebenaran
dan kebatilan) ini berkata, “Di akhir malam.”
Umar dengan keyakinannya yang penuh
memilih tidur di awal malam agar bisa bangun dan bergegas melakukan
munjat kepada Allah Ta’ala dalam tahajjud dan witir setelah bangun dari
tidur, di penghujung malam yang terakhir.
Apa yang dikerjakan oleh Abu Bakar ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu ini merupakan cerminan sifat hazm. Ialah keseriusan terhadap sesuatu dan waspada agar sesuatu itu tidak terlepas dari genggamannya.
Abu Bakar memilih mendirikan witir di
awal malam sebab dia tidak bisa memastikan akan bangun atau tidak di
sepertiga malam yang terakhir. Padahal, beliau merupakan sahabat yang
kualitas ibadahnya amat mengesankan, senantiasa bangun di akhir malam
untuk bermunajat kepada Allah Ta’ala.
Sedangkan Umar bin Khaththab memilih mengakhirkan witir di ujung malam, di sepertiga yang terakhir sebagai salah satu bentuk ‘azm.
Ialah kesungguhan, kesabaran, dan kemampuan. Umar dengan sifat kesatria
dan keberaniannya benar-benar berupaya hingga dia terbangun di akhir
malam, gegas dalam tahajjud yang diakhiri dengan rakaat witir.
Masing-masing dari dua cara beribadah
ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam mengapresiasinya. Tidak
ada yang disalahkan. Dua-duanya sama mulia. Abu Bakar dengan
kehati-hatiannya dan Umar dengan kesungguhan dan keberaniannya.
Dari hal ini saja, sebenarnya kita bisa
mengetahui kualitas kita. Jika ada yang bertanya ‘mengapa kita jauh
tertinggal dari kalangan sahabat selayak Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar
bin Khaththab?, tentu jawabannya harus digali dari hati kita yang paling
dalam.
Bahkan, jika dikaitkan dengan satu amalan
ini, kita benar-benar tak serius untuk menjadi sepemberani Umar atau
sehati-hati Abu Bakar.
Imam Ahmad Rahimahullah, mengatakan ; Siapa yang tidak sholat witir pada malam hari atau meninggalkannya maka laki-laki tersebut dipertanyakan keimanannya.
Imam Ahmad Rahimahullah, mengatakan ; Siapa yang tidak sholat witir pada malam hari atau meninggalkannya maka laki-laki tersebut dipertanyakan keimanannya.
Astaghfirullahal ‘azhiim
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]
#kopi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar